Manga Made in Abyss Dapatkan Adaptasi Game Smartphone

Manga Made in Abyss Dapatkan Adaptasi Game Smartphone

Manga Made in Abyss Dapatkan Adaptasi Game Smartphone

Pada tanggal 5 Mei 2025, diumumkan bahwa manga Made in Abyss karya Akihito Tsukushi akan diadaptasi menjadi game smartphone berjudul Made in Abyss: An Incredible Mysterious Journey. Game ini dikembangkan oleh Nobollel dan diterbitkan oleh Avex Pictures.

Game ini akan membawa pemain menjelajahi dunia misterius Abyss dengan cerita orisinal yang diawasi langsung oleh Tsukushi. Sebelumnya, Made in Abyss telah diadaptasi menjadi game aksi RPG berjudul Made in Abyss: Binary Star Falling into Darkness, yang dirilis pada 1 September 2022 di Jepang dan 2 September 2022 di Amerika Utara dan Eropa. Game tersebut tersedia di platform Nintendo Switch, PlayStation 4, dan Windows, serta menampilkan pengisi suara lengkap dalam bahasa Inggris dan Jepang.

Selain adaptasi game, Made in Abyss juga sedang dalam proses pengembangan film live-action oleh Columbia Pictures, yang diumumkan pada Juni 2021. Film ini akan diproduksi oleh Roy Lee dan Masi Oka, dengan naskah yang ditulis oleh Kevin McMullin.

Tentang Made in Abyss

Made in Abyss adalah manga petualangan fantasi yang mengikuti kisah Riko, seorang gadis muda yang bercita-cita menjadi penjelajah Abyss seperti ibunya. Bersama dengan robot misterius bernama Reg, Riko memulai perjalanan ke kedalaman Abyss yang penuh dengan makhluk aneh dan rahasia gelap.

Informasi Tambahan:
  • Judul Game: Made in Abyss: An Incredible Mysterious Journey
  • Pengembang: Nobollel
  • Penerbit: Avex Pictures
  • Tanggal Pengumuman: 5 Mei 2025
  • Platform: Smartphone (detail lebih lanjut belum diumumkan)
Alasan Dibuatnya Karya Baru "Space Battleship Yamato" – Warisan Jiwa dalam "3199"

Alasan Dibuatnya Karya Baru "Space Battleship Yamato" – Warisan Jiwa dalam "3199"

 
Serial remake populer dari anime legendaris "Space Battleship Yamato" kini menghadirkan karya terbarunya berjudul Be Forever Yamato: REBEL3199. Sebagai karya yang mengubah sejarah anime, "Yamato" telah meninggalkan jejak mendalam, dan "3199" berupaya mewarisi jiwa dari mahakarya tersebut. Apa yang sebenarnya diwarisi oleh "3199"? Mari kita telaah melalui kata-kata dari sutradara utama, Harutoshi Fukui.   ⚓ Yamato: Simbol Jepang dan Refleksi Sejarah "Space Battleship Yamato" pertama kali ditayangkan pada tahun 1974, memperluas basis penggemar anime yang sebelumnya dianggap sebagai tontonan anak-anak. Kisahnya yang menggambarkan kapal perang Yamato yang diubah menjadi kapal luar angkasa untuk menyelamatkan Bumi, mencerminkan keinginan untuk menebus kegagalan masa lalu Jepang selama Perang Dunia II. Namun, alih-alih glorifikasi perang, cerita ini menampilkan penyesalan mendalam atas kehancuran yang ditimbulkan, menawarkan refleksi tentang bagaimana generasi pascaperang memandang sejarah mereka.  🌌 Menggabungkan Fantasi dengan Realitas Sejarah Meskipun berlatar di luar angkasa, "Yamato" tetap mempertahankan elemen-elemen yang mengingatkan pada perang, seperti asap tebal setelah ledakan, untuk menekankan koneksi dengan sejarah Jepang. Desain kapal yang menyerupai kapal perang Yamato asli memperkuat narasi ini, menjadikan cerita sebagai alegori yang menggabungkan fantasi dan realitas sejarah.  📱 Mencerminkan Isu Kontemporer: Dari Gempa hingga Era Digital Remake "Yamato" tidak hanya mengulang cerita lama, tetapi juga menyesuaikannya dengan isu-isu kontemporer. Mulai dari dampak gempa besar di Jepang hingga munculnya media sosial dan tantangan terhadap demokrasi, cerita ini berusaha mencerminkan kondisi masyarakat modern. Fukui menargetkan generasi yang tumbuh bersama "Yamato" asli, serta generasi berikutnya, untuk menemukan relevansi dalam cerita yang disajikan.  🔮 "3199": Cermin Masyarakat Modern "Be Forever Yamato: REBEL3199" menggambarkan dunia di mana informasi berlimpah namun kebenaran sulit ditemukan, mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini. Fukui menyatakan bahwa meskipun cerita ini dirancang sebelumnya, perkembangan dunia nyata membuatnya semakin relevan, menunjukkan bahwa "Yamato" memiliki kemampuan untuk mencerminkan dan mengkritisi zaman.  🎬 Jadwal Tayang dan Informasi Tambahan "Be Forever Yamato: REBEL3199" direncanakan tayang dalam tujuh bagian. Bagian ketiga, berjudul "Gunjou no Asteroid" (Asteroid Biru Tua), saat ini sedang ditayangkan. Bagian keempat, "Mizuiro no Otome (Sasha)", dijadwalkan tayang mulai 10 Oktober 2025.

Serial remake populer dari anime legendaris "Space Battleship Yamato" kini menghadirkan karya terbarunya berjudul Be Forever Yamato: REBEL3199. Sebagai karya yang mengubah sejarah anime, "Yamato" telah meninggalkan jejak mendalam, dan "3199" berupaya mewarisi jiwa dari mahakarya tersebut. Apa yang sebenarnya diwarisi oleh "3199"? Mari kita telaah melalui kata-kata dari sutradara utama, Harutoshi Fukui.


Yamato: Simbol Jepang dan Refleksi Sejarah

"Space Battleship Yamato" pertama kali ditayangkan pada tahun 1974, memperluas basis penggemar anime yang sebelumnya dianggap sebagai tontonan anak-anak. Kisahnya yang menggambarkan kapal perang Yamato yang diubah menjadi kapal luar angkasa untuk menyelamatkan Bumi, mencerminkan keinginan untuk menebus kegagalan masa lalu Jepang selama Perang Dunia II. Namun, alih-alih glorifikasi perang, cerita ini menampilkan penyesalan mendalam atas kehancuran yang ditimbulkan, menawarkan refleksi tentang bagaimana generasi pascaperang memandang sejarah mereka.

🌌 Menggabungkan Fantasi dengan Realitas Sejarah

Meskipun berlatar di luar angkasa, "Yamato" tetap mempertahankan elemen-elemen yang mengingatkan pada perang, seperti asap tebal setelah ledakan, untuk menekankan koneksi dengan sejarah Jepang. Desain kapal yang menyerupai kapal perang Yamato asli memperkuat narasi ini, menjadikan cerita sebagai alegori yang menggabungkan fantasi dan realitas sejarah.

📱 Mencerminkan Isu Kontemporer: Dari Gempa hingga Era Digital

Remake "Yamato" tidak hanya mengulang cerita lama, tetapi juga menyesuaikannya dengan isu-isu kontemporer. Mulai dari dampak gempa besar di Jepang hingga munculnya media sosial dan tantangan terhadap demokrasi, cerita ini berusaha mencerminkan kondisi masyarakat modern. Fukui menargetkan generasi yang tumbuh bersama "Yamato" asli, serta generasi berikutnya, untuk menemukan relevansi dalam cerita yang disajikan.

🔮 "3199": Cermin Masyarakat Modern

"Be Forever Yamato: REBEL3199" menggambarkan dunia di mana informasi berlimpah namun kebenaran sulit ditemukan, mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini. Fukui menyatakan bahwa meskipun cerita ini dirancang sebelumnya, perkembangan dunia nyata membuatnya semakin relevan, menunjukkan bahwa "Yamato" memiliki kemampuan untuk mencerminkan dan mengkritisi zaman.

🎬 Jadwal Tayang dan Informasi Tambahan

"Be Forever Yamato: REBEL3199" direncanakan tayang dalam tujuh bagian. Bagian ketiga, berjudul "Gunjou no Asteroid" (Asteroid Biru Tua), saat ini sedang ditayangkan. Bagian keempat, "Mizuiro no Otome (Sasha)", dijadwalkan tayang mulai 10 Oktober 2025.
"Spin-off 'My Hero Academia: Vigilantes' Mengangkat Pahlawan Ilegal dalam Nuansa Komik Amerika Bergaya Jepang – Wawancara Eksklusif dengan Sutradara Kenichi Suzuki"

"Spin-off 'My Hero Academia: Vigilantes' Mengangkat Pahlawan Ilegal dalam Nuansa Komik Amerika Bergaya Jepang – Wawancara Eksklusif dengan Sutradara Kenichi Suzuki"

Anime My Hero Academia: Vigilantes ILLEGALS, spin-off resmi dari manga populer My Hero Academia karya Kohei Horikoshi, kini tayang di TOKYO MX, Yomiuri TV, dan saluran lainnya. Dengan naskah oleh Hideyuki Furuhashi dan ilustrasi oleh Betten Court, cerita ini berlatar beberapa tahun sebelum kisah utama My Hero Academia, menyoroti para pahlawan ilegal yang beroperasi di balik bayang-bayang masyarakat. Sutradara Kenichi Suzuki berbagi wawasan tentang proses produksi dan pendekatan unik dalam menggambarkan pahlawan ilegal dalam wawancara eksklusif ini.  🌟 Semangat "Pahlawan Ilegal" yang Tak Terlihat My Hero Academia: Vigilantes sering disebut sebagai "kisah Deku yang tidak pernah bertemu All Might" atau "cerita Deku yang gagal masuk U.A. High School." Tokoh utamanya adalah Koichi Haimawari, seorang mahasiswa biasa; Pop☆Step, idola jalanan; dan Knuckleduster, mantan pahlawan yang kini menjadi "pembersih" kriminal. Sutradara Suzuki tertarik pada perjuangan mereka yang tidak mendapatkan sorotan, namun tetap berusaha keras untuk membantu orang lain. Mantan Web  "Setiap karakter memiliki motivasi sendiri dalam menjalani aktivitas vigilante mereka. Saya menyukai bagaimana mereka berkembang melalui pengalaman ini. Cerita ini terasa lebih dekat dengan kehidupan nyata, seperti seseorang yang terus bernyanyi di panggung kecil meskipun tidak pernah menjadi penyanyi terkenal."  Dalam adaptasi anime, Suzuki berusaha mempertahankan esensi dari manga, memperkuat emosi melalui suara, musik, dan animasi tanpa mengubah makna asli cerita.  🎨 Menggabungkan Estetika Komik Amerika dengan Sentuhan Jepang Meskipun berbagi dunia yang sama dengan My Hero Academia, My Hero Academia: Vigilantes memiliki nuansa yang berbeda. Suzuki mengadopsi gaya komik Amerika, namun dengan pendekatan khas Jepang. Misalnya, ia menambahkan elemen-elemen seperti mesin penjual otomatis di latar belakang untuk menekankan setting Jepang.  "Saya membayangkan bagaimana jika komik Amerika dilihat melalui lensa Jepang. Dasarnya adalah Jepang, tetapi dengan lapisan gaya komik Amerika."  Sebagai penggemar Kamen Rider, Suzuki tertarik pada bagaimana pahlawan Jepang yang tumbuh besar dengan tontonan tersebut dapat berinteraksi dengan konsep pahlawan Amerika.  🌃 Keindahan Malam dan Realisme dalam Visual Karena para vigilante beroperasi di malam hari, Suzuki memberikan perhatian khusus pada pencahayaan dan suasana malam. Ia ingin malam terlihat indah, dengan cahaya bulan, lampu kota, dan neon yang memukau. Pendekatannya lebih impresionistik, dengan fokus pada pencahayaan realistis meskipun detail gambar minimalis.  "Saya ingin malam terlihat indah, bukan sekadar gelap. Cahaya bulan, lampu kota, dan neon harus terlihat memukau. Saya berusaha menciptakan kesan seperti ilustrasi realistis dengan informasi visual yang minimal."  Selain itu, Suzuki menghindari tampilan yang terlalu cerah untuk membedakan Vigilante dari My Hero Academia. Ia menambahkan tekstur pada latar belakang dan menggunakan palet warna yang lebih suram untuk menciptakan atmosfer yang lebih realistis.  🏙️ Menciptakan Latar Belakang yang Otentik Salah satu tantangan terbesar dalam produksi adalah menemukan lokasi yang sesuai untuk menggambarkan gang-gang sempit di Tokyo. Karena sulit menemukan lokasi yang tepat, tim produksi akhirnya menciptakan latar belakang tersebut secara digital.  "Tokyo tidak memiliki banyak gang sempit yang sesuai dengan yang kami bayangkan. Kami kesulitan menemukan lokasi yang tepat, jadi akhirnya kami membuatnya sendiri."  Untuk menambah keaslian, suara langkah kaki di gang-gang sempit dibuat berbeda dari suara di jalan utama, menambahkan lapisan realisme pada pengalaman menonton.  🎤 Musik, Tarian, dan Aksi yang Membumi Suzuki menyoroti pentingnya musik dan tarian dalam My Hero Academia: Vigilantes, terutama melalui karakter Pop☆Step. Meskipun menantang, tim produksi berhasil menciptakan adegan-adegan musikal yang memukau.  "Pop☆Step banyak bernyanyi dan menari, yang cukup menantang, tetapi hasilnya memuaskan. Tim animasi bekerja keras untuk menghidupkan adegan-adegan tersebut."  Dalam hal aksi, Suzuki berusaha menjaga keseimbangan antara fantasi dan realisme, menciptakan adegan pertarungan yang terasa nyata dan membumi.  ✨ Kesimpulan: Cahaya dalam Kegelapan Vigilante menawarkan perspektif baru dalam dunia My Hero Academia, menyoroti pahlawan-pahlawan yang beroperasi di balik bayang-bayang. Dengan pendekatan visual yang unik, cerita yang menyentuh, dan karakter yang relatable, anime ini memberikan pengalaman yang berbeda namun tetap resonan dengan tema-tema kepahlawanan.

Anime My Hero Academia: Vigilantes ILLEGALS, spin-off resmi dari manga populer My Hero Academia karya Kohei Horikoshi, kini tayang di TOKYO MX, Yomiuri TV, dan saluran lainnya. Dengan naskah oleh Hideyuki Furuhashi dan ilustrasi oleh Betten Court, cerita ini berlatar beberapa tahun sebelum kisah utama My Hero Academia, menyoroti para pahlawan ilegal yang beroperasi di balik bayang-bayang masyarakat. Sutradara Kenichi Suzuki berbagi wawasan tentang proses produksi dan pendekatan unik dalam menggambarkan pahlawan ilegal dalam wawancara eksklusif ini.

Anime My Hero Academia: Vigilantes ILLEGALS, spin-off resmi dari manga populer My Hero Academia karya Kohei Horikoshi, kini tayang di TOKYO MX, Yomiuri TV, dan saluran lainnya. Dengan naskah oleh Hideyuki Furuhashi dan ilustrasi oleh Betten Court, cerita ini berlatar beberapa tahun sebelum kisah utama My Hero Academia, menyoroti para pahlawan ilegal yang beroperasi di balik bayang-bayang masyarakat. Sutradara Kenichi Suzuki berbagi wawasan tentang proses produksi dan pendekatan unik dalam menggambarkan pahlawan ilegal dalam wawancara eksklusif ini.  🌟 Semangat "Pahlawan Ilegal" yang Tak Terlihat My Hero Academia: Vigilantes sering disebut sebagai "kisah Deku yang tidak pernah bertemu All Might" atau "cerita Deku yang gagal masuk U.A. High School." Tokoh utamanya adalah Koichi Haimawari, seorang mahasiswa biasa; Pop☆Step, idola jalanan; dan Knuckleduster, mantan pahlawan yang kini menjadi "pembersih" kriminal. Sutradara Suzuki tertarik pada perjuangan mereka yang tidak mendapatkan sorotan, namun tetap berusaha keras untuk membantu orang lain. Mantan Web  "Setiap karakter memiliki motivasi sendiri dalam menjalani aktivitas vigilante mereka. Saya menyukai bagaimana mereka berkembang melalui pengalaman ini. Cerita ini terasa lebih dekat dengan kehidupan nyata, seperti seseorang yang terus bernyanyi di panggung kecil meskipun tidak pernah menjadi penyanyi terkenal."  Dalam adaptasi anime, Suzuki berusaha mempertahankan esensi dari manga, memperkuat emosi melalui suara, musik, dan animasi tanpa mengubah makna asli cerita.  🎨 Menggabungkan Estetika Komik Amerika dengan Sentuhan Jepang Meskipun berbagi dunia yang sama dengan My Hero Academia, My Hero Academia: Vigilantes memiliki nuansa yang berbeda. Suzuki mengadopsi gaya komik Amerika, namun dengan pendekatan khas Jepang. Misalnya, ia menambahkan elemen-elemen seperti mesin penjual otomatis di latar belakang untuk menekankan setting Jepang.  "Saya membayangkan bagaimana jika komik Amerika dilihat melalui lensa Jepang. Dasarnya adalah Jepang, tetapi dengan lapisan gaya komik Amerika."  Sebagai penggemar Kamen Rider, Suzuki tertarik pada bagaimana pahlawan Jepang yang tumbuh besar dengan tontonan tersebut dapat berinteraksi dengan konsep pahlawan Amerika.  🌃 Keindahan Malam dan Realisme dalam Visual Karena para vigilante beroperasi di malam hari, Suzuki memberikan perhatian khusus pada pencahayaan dan suasana malam. Ia ingin malam terlihat indah, dengan cahaya bulan, lampu kota, dan neon yang memukau. Pendekatannya lebih impresionistik, dengan fokus pada pencahayaan realistis meskipun detail gambar minimalis.  "Saya ingin malam terlihat indah, bukan sekadar gelap. Cahaya bulan, lampu kota, dan neon harus terlihat memukau. Saya berusaha menciptakan kesan seperti ilustrasi realistis dengan informasi visual yang minimal."  Selain itu, Suzuki menghindari tampilan yang terlalu cerah untuk membedakan Vigilante dari My Hero Academia. Ia menambahkan tekstur pada latar belakang dan menggunakan palet warna yang lebih suram untuk menciptakan atmosfer yang lebih realistis.  🏙️ Menciptakan Latar Belakang yang Otentik Salah satu tantangan terbesar dalam produksi adalah menemukan lokasi yang sesuai untuk menggambarkan gang-gang sempit di Tokyo. Karena sulit menemukan lokasi yang tepat, tim produksi akhirnya menciptakan latar belakang tersebut secara digital.  "Tokyo tidak memiliki banyak gang sempit yang sesuai dengan yang kami bayangkan. Kami kesulitan menemukan lokasi yang tepat, jadi akhirnya kami membuatnya sendiri."  Untuk menambah keaslian, suara langkah kaki di gang-gang sempit dibuat berbeda dari suara di jalan utama, menambahkan lapisan realisme pada pengalaman menonton.  🎤 Musik, Tarian, dan Aksi yang Membumi Suzuki menyoroti pentingnya musik dan tarian dalam My Hero Academia: Vigilantes, terutama melalui karakter Pop☆Step. Meskipun menantang, tim produksi berhasil menciptakan adegan-adegan musikal yang memukau.  "Pop☆Step banyak bernyanyi dan menari, yang cukup menantang, tetapi hasilnya memuaskan. Tim animasi bekerja keras untuk menghidupkan adegan-adegan tersebut."  Dalam hal aksi, Suzuki berusaha menjaga keseimbangan antara fantasi dan realisme, menciptakan adegan pertarungan yang terasa nyata dan membumi.  ✨ Kesimpulan: Cahaya dalam Kegelapan Vigilante menawarkan perspektif baru dalam dunia My Hero Academia, menyoroti pahlawan-pahlawan yang beroperasi di balik bayang-bayang. Dengan pendekatan visual yang unik, cerita yang menyentuh, dan karakter yang relatable, anime ini memberikan pengalaman yang berbeda namun tetap resonan dengan tema-tema kepahlawanan.

🌟 Semangat "Pahlawan Ilegal" yang Tak Terlihat

My Hero Academia: Vigilantes sering disebut sebagai "kisah Deku yang tidak pernah bertemu All Might" atau "cerita Deku yang gagal masuk U.A. High School." Tokoh utamanya adalah Koichi Haimawari, seorang mahasiswa biasa; Pop☆Step, idola jalanan; dan Knuckleduster, mantan pahlawan yang kini menjadi "pembersih" kriminal. Sutradara Suzuki tertarik pada perjuangan mereka yang tidak mendapatkan sorotan, namun tetap berusaha keras untuk membantu orang lain.
Mantan Web

"Setiap karakter memiliki motivasi sendiri dalam menjalani aktivitas vigilante mereka. Saya menyukai bagaimana mereka berkembang melalui pengalaman ini. Cerita ini terasa lebih dekat dengan kehidupan nyata, seperti seseorang yang terus bernyanyi di panggung kecil meskipun tidak pernah menjadi penyanyi terkenal."

Dalam adaptasi anime, Suzuki berusaha mempertahankan esensi dari manga, memperkuat emosi melalui suara, musik, dan animasi tanpa mengubah makna asli cerita.

🎨 Menggabungkan Estetika Komik Amerika dengan Sentuhan Jepang

Meskipun berbagi dunia yang sama dengan My Hero Academia, My Hero Academia: Vigilantes memiliki nuansa yang berbeda. Suzuki mengadopsi gaya komik Amerika, namun dengan pendekatan khas Jepang. Misalnya, ia menambahkan elemen-elemen seperti mesin penjual otomatis di latar belakang untuk menekankan setting Jepang.

"Saya membayangkan bagaimana jika komik Amerika dilihat melalui lensa Jepang. Dasarnya adalah Jepang, tetapi dengan lapisan gaya komik Amerika."

Sebagai penggemar Kamen Rider, Suzuki tertarik pada bagaimana pahlawan Jepang yang tumbuh besar dengan tontonan tersebut dapat berinteraksi dengan konsep pahlawan Amerika.

🌃 Keindahan Malam dan Realisme dalam Visual

Karena para vigilante beroperasi di malam hari, Suzuki memberikan perhatian khusus pada pencahayaan dan suasana malam. Ia ingin malam terlihat indah, dengan cahaya bulan, lampu kota, dan neon yang memukau. Pendekatannya lebih impresionistik, dengan fokus pada pencahayaan realistis meskipun detail gambar minimalis.

"Saya ingin malam terlihat indah, bukan sekadar gelap. Cahaya bulan, lampu kota, dan neon harus terlihat memukau. Saya berusaha menciptakan kesan seperti ilustrasi realistis dengan informasi visual yang minimal."

Selain itu, Suzuki menghindari tampilan yang terlalu cerah untuk membedakan Vigilante dari My Hero Academia. Ia menambahkan tekstur pada latar belakang dan menggunakan palet warna yang lebih suram untuk menciptakan atmosfer yang lebih realistis.

🏙️ Menciptakan Latar Belakang yang Otentik

Salah satu tantangan terbesar dalam produksi adalah menemukan lokasi yang sesuai untuk menggambarkan gang-gang sempit di Tokyo. Karena sulit menemukan lokasi yang tepat, tim produksi akhirnya menciptakan latar belakang tersebut secara digital.

"Tokyo tidak memiliki banyak gang sempit yang sesuai dengan yang kami bayangkan. Kami kesulitan menemukan lokasi yang tepat, jadi akhirnya kami membuatnya sendiri."

Untuk menambah keaslian, suara langkah kaki di gang-gang sempit dibuat berbeda dari suara di jalan utama, menambahkan lapisan realisme pada pengalaman menonton.

🎤 Musik, Tarian, dan Aksi yang Membumi

Suzuki menyoroti pentingnya musik dan tarian dalam My Hero Academia: Vigilantes, terutama melalui karakter Pop☆Step. Meskipun menantang, tim produksi berhasil menciptakan adegan-adegan musikal yang memukau.

"Pop☆Step banyak bernyanyi dan menari, yang cukup menantang, tetapi hasilnya memuaskan. Tim animasi bekerja keras untuk menghidupkan adegan-adegan tersebut."

Dalam hal aksi, Suzuki berusaha menjaga keseimbangan antara fantasi dan realisme, menciptakan adegan pertarungan yang terasa nyata dan membumi.

Kesimpulan: Cahaya dalam Kegelapan

Vigilante menawarkan perspektif baru dalam dunia My Hero Academia, menyoroti pahlawan-pahlawan yang beroperasi di balik bayang-bayang. Dengan pendekatan visual yang unik, cerita yang menyentuh, dan karakter yang relatable, anime ini memberikan pengalaman yang berbeda namun tetap resonan dengan tema-tema kepahlawanan.
Anime Adaptasi "29-Sai Dokushin Chūken Bōkensha no Nichijō" Resmi Diumumkan oleh Kadokawa

Anime Adaptasi "29-Sai Dokushin Chūken Bōkensha no Nichijō" Resmi Diumumkan oleh Kadokawa

Anime Adaptasi "29-Sai Dokushin Chūken Bōkensha no Nichijō" Resmi Diumumkan oleh Kadokawa


Kadokawa mengumumkan pada hari Senin bahwa manga 29-Sai Dokushin Chūken Bōkensha no Nichijō karya Ippei Nara akan mendapatkan adaptasi anime televisi.



Serial manga ini mengisahkan kehidupan sehari-hari seorang petualang berusia 29 tahun bernama Shinonome Hajime, yang termasuk dalam golongan petualang "Silver" dan belum menikah. Ceritanya berfokus pada rutinitas dan aktivitasnya sebagai petualang senior, serta interaksinya dengan karakter lain dalam dunia fantasi.

Informasi detail mengenai staf produksi, studio animasi, dan tanggal tayang anime ini belum diumumkan. Namun, penggemar sudah dapat mengantisipasi pembaruan informasi dari situs resmi dan saluran resmi Kadokawa.

Dengan adaptasi ini, 29-Sai Dokushin Chūken Bōkensha no Nichijō menambah daftar panjang manga bertema fantasi petualangan yang diangkat ke layar kaca, menawarkan pendekatan karakter dewasa dalam dunia yang biasanya didominasi oleh protagonis muda.
Ulasan Anime: Daily Life of a Middle-Aged Online Shopper in Another World – Pandangan Jujur dan Menyeluruh

Ulasan Anime: Daily Life of a Middle-Aged Online Shopper in Another World – Pandangan Jujur dan Menyeluruh

Ulasan Anime: Daily Life of a Middle-Aged Online Shopper in Another World – Pandangan Jujur dan Menyeluruh

Sinopsis Singkat:

Kenichi Hamada adalah seorang ilustrator lepas berusia 38 tahun yang merasa jenuh dengan rutinitas hidup di kota. Setelah pindah ke pedesaan, ia tiba-tiba dipindahkan ke dunia lain. Di sana, dia menggunakan keterampilannya dalam berbelanja online untuk bertahan hidup dan beradaptasi.


Ulasan Cerita & Karakter:

Anime ini menampilkan kisah santai dengan gaya slice-of-life. Karakter utama, Hamada, adalah tipikal protagonis isekai paruh baya yang rendah hati dan cenderung menghindari konflik. Tidak seperti kebanyakan cerita isekai yang penuh aksi, anime ini lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari dan relasi sosial yang hangat. Pendekatan ini membuat ceritanya terasa segar, terutama bagi penonton yang menginginkan kisah fantasi dengan kecepatan narasi yang lebih lambat.


Visual & Produksi:

Secara visual, animasinya terbilang standar namun cukup efektif untuk menyampaikan nuansa ringan dan bersahaja dari ceritanya. Tidak ada aksi spektakuler atau efek khusus mencolok, tetapi kualitasnya tetap konsisten dan menyenangkan untuk ditonton.


Kesimpulan:

Anime ini sangat cocok untuk penonton yang mencari tontonan santai, bebas dari konflik berat atau drama berlebihan. Gaya hidup pedesaan, sentuhan fantasi ringan, dan tema kebersahajaan menjadikan seri ini pilihan ideal bagi mereka yang ingin sejenak menjauh dari hiruk pikuk dunia nyata.

Pemeran "ONE PIECE" Versi Live-action Telah Diumumkan! 😂

Pemeran "ONE PIECE" Versi Live-action Telah Diumumkan! 😂

Pemeran "ONE PIECE" Versi Live-action Telah Diumumkan!

Versi dari series "ONE PIECE" dibawakan sebagai serial asli Netflix. Kali ini, lima orang pemeran Bajak Laut Topi Jerami telah diumumkan. Monkey D. Luffy akan dimainkan oleh Inaki Godoi, Roronoa Zoro akan dimainkan oleh Mackenyu, Nami akan dimainkan oleh Emily Rudd, Usopp akan dimainkan oleh Jacob Romero Gibson, dan Sanji akan diperankan oleh Taz Skyler. Oda mengatakan tentang para pemain, "Wajah, ukuran mulut, ukuran tangan, suasana, perilaku, kualitas suara, kemampuan akting, tinggi, keseimbangan teman dan lain lain! Setelah diskusi berulang kali dengan staf dari seluruh dunia, mereka memutuskan! Mereka adalah orang-orang yang bisa menjadi "Bajak Laut Topi Jerami"!! "


Oda berpartisipasi dalam drama "ONE PIECE" sebagai produser eksekutif. Selain berpartisipasi dalam Tomorrow Studio yang dipimpin oleh produser Marty Adelstein yang mengerjakan "Prison Break" dll., ia juga menulis skenario untuk "Marvel's Luke" dan "Agents of Shield" dan merupakan penggemar berat "ONE PIECE". Matt Owens akan menjadi penulis naskah. 

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers


Ken Wakui Set starter volume 1 sampai 4 akan dirilis pada tanggal 30 Juni untuk memperingati film live-action "Tokyo Revengers".

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers

Cover Volume 1-4 Versi Baru Akan Dirilis Untuk Memperingati Live Action Tokyo Revengers


Film "Tokyo Revengers" akan dirilis secara nasional pada tanggal 9 Juli. Set starter dibungkus dengan pita yang mereproduksi ilustrasi sampul buku asli oleh para pemeran live-action. Volume 1 dan 2 adalah Takemichi yang dimainkan oleh Takumi Kitamura, Volume 3 adalah Mikey yang dimainkan oleh Ryo Yoshizawa dan Volume 4 adalah Draken yang dimainkan oleh Yuki Yamada.Selain itu, "Materi terkait film edisi khusus" yang menangkap lokasi produksi film juga disertakan. Harganya yen 1980 termasuk pajak.

Gen Hoshino Merilis Theme song Untuk Dorama "kikazaru koi"

Gen Hoshino Merilis Theme song Untuk Dorama "kikazaru koi"

 

Gen Hoshino Merilis Theme song Untuk Dorama "kikazaru koi"

Gen Hoshino akan merilis Lagu Tema berjudul "Fushigi" pada 27 April.

"Fushigi" adalah lagu tema dari drama TBS "Kikazaru Koi niha Riyuu ga Atte" yang dimulai pada tanggal 20 April. Hoshino Gen akan bertanggung jawab atas lagu tema untuk drama TV tersebut untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar tiga tahun sejak serial TV NHK "Half Blue."

"Kikazaru Koi" adalah kisah cinta di mana karakter utamanya, Kurumi Mashiba, diperankan oleh Haruna Kawaguchi, dan chef yang tinggal bersama dan minimalis, Shun Fujino, diperankan oleh Ryusei Yokohama. Seorang pahlawan wanita yang mendapatkan tempatnya dengan berdandan indah, hidup di bawah satu atap dengan orang-orang dengan nilai yang berbeda, jatuh cinta dan memperdalam persahabatan, melepas baju besi "berdandan" dan hidup seperti dirinya.